Sepertinya sudah menjadi rahasia umum, bahwa sebagian besar dari populasi rider satria FU adalah para penyuka trek lurus. Mainstream modifikasi satria FU yang banyak dipengaruhi oleh “drag style look”dapat dijadikan salah satu indikasinya. Velk jari-jari, ban kecil, stang pendek, body potongan, menjadi gaya modifikasi tampilan yang lumrah diadopsi oleh kebanyakan rider satria FU. Seringkali, karakter motor lurusan yang melekat pada FU justru menyematkan stigma yang kurang bagus di sebagian kalangan rider fu. Saya pun sempat mengalami masa masa itu. Gak boleh liat jalan lurus kosong sedikit, pengennya bejek gas poll memacu FU. Setelah itu ya pelan pelan lagi, menikmati sensasi adrenalin yang masih tersisa setelah melahap trek lurus dibelakang tadi. Tapi kemudian seiring waktu, saya mulai mencoba membuka pikiran dan belajar bahwa; kita tidak selalu harus memacu fu kita habis habisan di lintasan lurus untuk sekedar merasakan sensasi riding FU. Bahwa juga ada jalan lain untuk bisa mencicipi kenikmatan berkendara tanpa harus selalu mengumbar kecepatan tinggi yang tentu saja; berisiko buruk tidak hanya kepada keselamatan diri kita sendiri, tapi juga orang /rider lain disekeliling kita.
Berangkat dari kesadaran ini, akhir akhir ini saya pun mulai tertarik untuk mencoba mengenal dan mencari tahu tentang yang namanya “cornering”. Apa sih cornering itu?? Apakah cornering itu fenomena adu kebut tikung menikung seperti yang acapkali saya saksikan di kisaran monas? Kalau begitu sih gak ada bedanya dong sama ajang balapan liar yang rutin digelar di area jalanan lain, cuman beda yang satu saling kejar di lurusan yg satu saling gunting di tikungan ??
Hmmm…ternyata bukan begitu, pemirsa.
Dari hasil penggalian saya, esensi cornering bukan soal siapa lebih cepat di tikungan, tapi ternyata lebih kepada ‘proses menikungnya’. Cukup menikmati setiap tikungan dengan cara menikung yang baik dan benar, rileks, terkendali, dan aman. Cukup itu saja. Kecepatan bukan tujuan utamanya, apalagi bila kegiatan cornering dilakukan di jalan umum. Speed is not important.
Dari situlah ketertarikan saya bermula. Memang, untuk sarana mendalami seni cornering, komunitas-komunitas cornering sebenarnya cukup banyak yang eksis di jakarta ini. Tapi sayang, waktu senggang yang mulai terbatas, dan lokasi lokasi tempat mereka berlatih dan berkumpul yg terbilang jauh dari rumah saya, membuat saya sulit menyempatkan diri untuk mengenal dan berbaur dengan komunitas ini.
Apakah anda juga salah satu rider FU yang mengalami kendala yang sama seperti saya? yang sering ketar ketir kalo ketemu jalan menikung tajam ? hehehe…Jika iya, yukk kita sama sama mencoba mengenal setidaknya panduan dasar untuk menikung, supaya tidak terlalu gamang kalo suatu waktu harus menaklukan sebuah tikungan. Ya iyalahh…emangnya jalanan mau lurus terus. pasti lah ada tikungan juga kan. hehe.
Pertama tama yang harus kita sadari adalah, menikung adalah sebuah aspek dasar dari riding skill yang memang seharusnya dikuasi oleh setiap pengendara roda dua. Jadi bukan soal gaya gayaan atau action semata. Didalamnya termasuk ada braking skill, body position, focus and concentration, dsb. Ya sudahlah..untuk itu kita perlu bertanya sama yang memang sudah ahli/menguasai. Untuk saat ini, buat saya yang penting bisa mengerti dan melancarkan dasar dasarnya saja sudah cukup. Dan saya sadar bahwa sekedar tahu teori saja tidaklah cukup, perlu praktek dan latihan secara cukup rutin untuk bisa terbiasa menerapkannya.
Berikut ini adalah Teknik Cornering Dasar Untuk Pemula.
Panduan dasar ini saya sarikan dari berbagai sumber:
General Turning
Hal penting dalam proses menikung adalah memperlambat kecepatan motor SEBELUM kita mulai menikung. Sewaktu motor masih melaju lurus, penting bagi kita untuk menurunkan kecepatan motor sampai ke level kecepatan yang membuat kita merasa cukup nyaman dan percaya diri untuk melewati tikungan didepan. Buat kita yang pemula, jangan tergiur atau merasa terlalu pecaya diri mampu melibas tikungan dengan kecepatan tinggi. Disaat kita mulai menikung, lepaskan tuas rem dan berikan akselerasi secara bertahap dan perlahan lahan. Menambah kecepatan motor secara perlahan sepanjang tikungan akan membantu motor lebih stabil di tikungan. Jika anda melambatkan kendaraan selagi menikung, kestabilan motor bukannya lebih baik, justru memburuk dan menjadi sulit dikendalikan.
Tanamkan prinsip ini selalu dalam memori kita: Slow in – Fast Out.
Memang betul, yg namanya ‘kecepatan’ bagi setiap individu kadang subyektif, alias relatif. Apa yang menurut anda lambat, buat orang lain mungkin terbilang cepat, atau sebaliknya. Misalnya 70km/jam saat memasuki tikungan buat saya itu terlalu cepat. Sedangkan di mata rider lain, 100km/jam terasa biasa biasa saja. Lalu bagaimana dong menentukan kecepatan kita terlalu terlalu cepat atau bahkan terlalu lambat saat mendekati tikungan? Gampang saja, percayakan saja pada naluri anda sendiri, hehe. Jika pada saat kita mendekati tikungan, muncul perasaan gamang atau takut disusul timbulnya dorongan kuat dari insting anda yang memaksa untuk mengerem sekeras mungkin; bisa dikatakan itulah tandanya kecepatan motor kita terlalu tinggi saat memasuki tikungan. Out of our control. hehe. Sebagai pemula, lebih baik bagi kita memilih kecepatan yang lebih lambat walaupun mungkin sebenarnya kita bisa menghandle lebih dari itu, daripada over confidence memasuki tikungan dalam kecepatan yang lebih tinggi dari yg bisa kita kontrol, akibatnya bisa fatal.
Standard Cornering Technique
Berikut ini adalah beberapa tahapan utama dalam menikung:
1. Dengan menggunakan rem dan menurunkan grip gas, turunkan kecepatan sebelum motor mencapai tikungan.
ini juga merupakan waktu yang tepat untuk proses downshifting (turun gigi). Motor masih dalam posisi tegak dan juga masih melaju lurus. Pastikan kopling sudah dilepas dan grip gas sudah stabil sebelum kita mencapai tikungan.
2. Bawa /arahkan motor dari bagian luar jalan terlebih dahulu untuk kemudian menuju sisi dalam tikungan (out to in).
Dijalan dua arah (jalan raya), saat memasuki tikungan ke kanan, maka bagian luar tikungan adalah area bahu/pinggir jalan, sisi dalam adalah yang mendekati -tp tidak melewati- marka tengah jalan, dan begitu sebaliknya untuk tikungan ke kiri. Prinsip ’out to in’ menguntungkan rider karena dapat membantu memberikan ruang dan sudut pandang yang lebih luas pada kita mengenai medan/ potensi gangguan yang mungkin ada di dalam/di exit tikungan.
3. Geser titik beban tubuh ke bagian dalam tikungan yang akan kita lewati.
Istilah kerennya ” Body Steering atau body english’ . Bukan berarti anda harus selalu bergelantungan di motor seperti pembalap lho, kecuali anda ada di trek sirkuit seperti disini mungkin sesuai dan proporsional. Tapi kalau dijalan raya, posisi badan/pantat yang terlalu bergelantungan/over keluar tentu akan menyulitkan rider untuk bermanuver / bereaksi sekiranya ada gangguan atau bahaya mendadak saat menikung. Bagi kita pemula, sedikit menggeser posisi duduk menjadi lebih condong ke dalam tikungan saja sudah cukup. Kalo kata suhu cornering katanya Ini untuk meningkatkan ’ground clearance’, membuat kita merasa lebih pede memasuki tikungan, juga mempersulit kepala dan mata kita supaya gak jelalatan kemana mana, bisa tetap memandang ke arah jalur seharusnya kita tuju.
4. Tengokan/putar kepala kita (bukan hanya melirik dengan mata) kedalam tikungan dan arahkan pandangan lebih jauh kedepan ke bagian jalan yang ingin anda lewati.
Ingat bahwa kendaraan cenderung melaju menuju kearah mana kita melihat, jadi lihatlah kearah yang ingin anda tuju, yaitu titik exit / titik keluar tikungan. Saat kita naik motor, jika pandangan kita terpaku pada satu objek misalnya, batu ditengah jalan, trotoar, kucing, atau gangguan yg lain, biasanya bukannya malah menjauh, justru tanpa sadar otak kita menuntun motor kita malah bergerak menuju ke arah gangguan yang ingin kita hindari itu. Fenomena ini dikenal sebagai ‘target fixation’.
5. Saat kita mulai menengokkan kepala, tekan setang motor ke arah mana anda ingin menikung.
Teknik ini disebut dengan counter steering. Tekan/dorong setang kiri jika ingin menikung ke kiri, Tekan/dorong stang kanan jika ingin menikung ke kanan. Counter steering lah sesungguhnya teknik utama dalm pengendalian motor. Jika ditunjang aau dipadukan dengan posisi badan yang jg sudah bergeser titik bebannya (body stering), akan lebih mempermudah mengarahkan/memiringkan motor sesuai keinginan kita.
6. Ketika motor mulai merebah untuk menikung, buka sedikit grip gas dengan lembut teratur untuk menjaga kecepatan motor supaya tidak terus melambat (deselerasi).
Ini untuk menstabilkan motor, bukan untuk mengejar speed. Jadi jangan juga dibuka grip gas mendadak didalam tikungan, begitu juga sebaliknya;
menutup gas mendadak didalam tikungan juga dapat mengagetkan motor, membebani suspensi dan ban depan secara berlebihan sehingga traksi ban belakang berkurang karena titik berat banyak geser ke ban depan, resikonya ya lowside alias tergelincir karena ban belakang gak sanggup ngegrip aspal lagi. Prinsip simpelnya posisi menikung: Jika tutup gas, motor akan semakin mudah miring karena tertarik gravitasi, Jika buka gas, motor seperti melawan gaya gravitasi dan tegak dengan sendirinya..
7. Saat motor sudah memasuki titik keluar tikungan, pindahkan kembali berat badan ke tengah jok.
Ini akan semakin mempermudah menegakkan motor kembali.
8. Selesai keluar tikungan , silahkan buka kembali grip gas untuk berakselerasi
menuju tingkat kecepatan yang kita inginkan, dan bersiap menuju tikungan berikutnya didepan kita.
Bagaimana, cukup mudah diingat kan?
Beberapa tahapan menikung diatas mudah mudahan dapat membantu kita untuk dapat melewati setiap tikungan dengan nyaman dan aman, bahkan mungkin menikmatinya. Tapi bagaimana kita dapat mengingat semua tahapan ini? Yaitu dengan menjadikannya sebagai bagian dari kebiasaan berkendara kita sehari hari. Perpindahan poros beban, menengokan kepala dan mengarahkan pandangan ke titik keluar tikungan, serta mengontrol bukaan gas adalah beberapa bagian dari teknik menikung yang baik.
Memperlambat motor ketika mendekati tikungan, menjaga akselerasi didalam tikungan dengan prinsip ’Slow in – Fast out’, membiasakan jalur ’out to in’ ketika memasuki tikungan, sebaiknya dibiasakan sebagai bagian dari riding habit kita sehari hari.
Smart Riding tidak bisa didapatkan begitu saja, perlu dipelajari dan dilatih secara terus menerus dalam kegiatan riding kita setiap hari. Membiasakan teknik menikung yang baik dapat memberikan kepercayaan diri pada diri kita, juga membuat kita yakin pada kemampuan kendaraan kita sendiri. Kita akan lebih percaya diri untuk membawa merebahkan motor, memfokuskan pandangan hanya pada exit point yang ingin kita tuju, mempertahankan grip gas tetap terbuka, dan akhirnya taraaaa! ….selesai melewati tikungan dengan perasaan nyaman dan kepuasan.
Enjoy your Riding..
Sumber: www.satria155.com